Nganjuk | Updatenewstv- Warga desa Wengkal, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, mengungkapkan kekecewaan mendalam terhadap tindakan oknum yang diduga berkolusi dengan Perhutani. Mereka meratakan lahan hutan yang selama ini dikelola oleh petani lokal.
Ratusan petani pesanggem berkumpul pagi ini untuk menggelar demonstrasi menentang aksi pembuldoseran lahan yang telah mereka tanami bertahun-tahun.
Ketua Salam Lima Jari, Yuliana Margaretha, menegaskan bahwa tindakan tersebut melanggar hak asasi para petani.
Tanpa sosialisasi, lahan yang telah kami kerjakan tiba-tiba dibuldoser. Ini jelas melanggar hak kami. Bumi air seharusnya digunakan untuk kemakmuran rakyat,” ujar Zulma di depan buldoser pada hari Senin, (28/10/2024).
Yulma menambahkan, mereka akan menunggu penjelasan dari pihak Perhutani dan instansi terkait lainnya mengenai tindakan tersebut.
Ia juga menegaskan pentingnya transparansi dan komunikasi yang baik sebelum melakukan perubahan pada lahan yang telah dikelola masyarakat.
Salah satu petani, Marijo (50), mengungkapkan rasa kecewa dan ketidakberdayaan setelah lahan yang mereka kelola diratakan.
Kami yang membuka lahan dan membayar setiap panen, tetapi tanpa pemberitahuan, lahan kami diratakan. Apa yang harus kami lakukan sekarang?” keluhnya.
Sebagian besar warga desa Wengkal mengandalkan hidup sebagai petani pesanggem, bekerja sama dengan Perhutani dalam sistem bagi hasil.
Kejadian ini memunculkan kekhawatiran akan masa depan ekonomi mereka, serta mempertanyakan hak-hak masyarakat yang seharusnya dilindungi.
Aksi damai ini menjadi sorotan dan harapan bagi masyarakat untuk mendapatkan keadilan dan perlindungan terhadap hak mereka sebagai petani.
(Ricko)